Olahraga dayung adalah salah satu cabang olahraga tertua di dunia, dengan sejarah lebih dari 200 tahun dan kini dirayakan di lebih dari 150 negara.
Salah satu momen paling ikonik dalam dunia dayung adalah perlombaan tahunan antara Universitas Oxford dan Cambridge yang selalu menarik perhatian publik. Tapi tahukah Anda bahwa di balik olahraga ini, ada begitu banyak fakta menarik yang jarang diketahui orang?
Hari ini, kami akan mengajak Anda menyelami dunia dayung dan mengungkap beberapa fakta mengejutkan yang akan membuat Anda makin menghargai olahraga luar biasa ini. Yuk, kita mulai!
Mengapa Tidak Ada Rekor Dunia Resmi?
Dalam sebagian besar cabang olahraga, pencatatan rekor dunia adalah sesuatu yang penting. Coba saja lihat rekor lari 100 meter milik Usain Bolt dengan catatan waktu 9,58 detik, atau rekor renang 200 meter gaya dada yang dipegang Qin Haiyang dari Tiongkok dengan waktu 2 menit 5,48 detik. Namun, mengapa dalam olahraga dayung tidak ada rekor dunia resmi?
Jawabannya ternyata cukup sederhana. Perlombaan dayung umumnya berlangsung di perairan terbuka seperti danau atau sungai yang dipengaruhi oleh angin, arus, dan kondisi cuaca. Semua faktor ini membuat sulit untuk membandingkan waktu secara adil antarperlombaan, karena setiap lomba dihadapkan pada kondisi yang berbeda.
Berbeda dengan olahraga lintasan atau renang yang dilakukan di lintasan standar dengan kondisi yang lebih seragam, waktu dalam dayung di perairan terbuka tidak bisa dijadikan patokan universal. Namun, jangan salah! Rekor tetap ada dalam versi lain, yaitu di mesin dayung (rowing machine) yang digunakan di dalam ruangan. Di sini, semua kondisi lebih terkontrol. Sebagai contoh, atlet asal Tiongkok, Zhang Liang, berhasil mencetak rekor maraton dayung pada bulan Juni 2020 dengan waktu luar biasa: 2 jam, 19 menit, dan 20,7 detik. Jadi meski di air tidak ada rekor resmi, dayung tetap punya tolok ukur prestasi tersendiri!
Satu-Satunya Perlombaan Olahraga yang Berjalan Mundur!
Siapa sangka? Dayung adalah satu-satunya olahraga di Olimpiade di mana para atlet berlomba dengan posisi membelakangi garis finis! Berbeda dengan sebagian besar olahraga di mana para atlet bisa melihat langsung ke depan, para pendayung justru menghadap ke belakang saat berlomba.
Mengapa begitu? Rahasianya ada pada teknik. Kekuatan utama dalam dayung berasal dari kombinasi dorongan kaki dan torso, bukan hanya tangan. Saat mereka mendorong dayung ke air, perahu akan bergerak ke arah berlawanan, yaitu ke belakang. Meskipun tampak tidak biasa, teknik ini justru yang membuat perahu melaju dengan kecepatan optimal.
Selain itu, para pendayung harus sangat peka terhadap garis air, penanda visual, serta suara percikan air untuk menjaga arah dan ritme. Mereka harus selalu waspada terhadap perubahan kecil agar perahu tetap seimbang dan tidak melenceng.
Peran Sangat Penting dari Seorang Coxswain
Dalam perahu dayung dengan delapan pendayung, ada satu anggota penting yang justru tidak ikut mendayung sama sekali. Dialah coxswain. Anda bisa menganggapnya sebagai kapten perahu.
Tugas utama seorang coxswain adalah mengarahkan perahu, memastikan tim tetap pada jalur yang benar, dan memberikan perintah serta motivasi kepada para pendayung. Mereka juga mengatur ritme dan strategi selama perlombaan. Karena tidak ikut mendayung, coxswain biasanya dipilih dari orang yang bertubuh kecil dan ringan.
Faktanya, di Olimpiade tahun 1900, tim dari Belanda pernah menggunakan anak laki-laki berusia 7 tahun sebagai coxswain untuk mendapatkan keuntungan dari bobot yang lebih ringan. Namun, kini ada aturan resmi yang mewajibkan berat minimum coxswain, yaitu 55 kg untuk pria dan 50 kg untuk wanita. Jika kurang dari batas ini, maka perahu harus ditambah beban tambahan agar tetap adil.
Jarak Lomba yang Ternyata Pernah Berubah-ubah
Banyak orang mengira bahwa jarak 2.000 meter yang digunakan dalam lomba dayung saat ini sudah menjadi standar sejak lama. Padahal tidak!
Saat olahraga dayung pertama kali dipertandingkan di Olimpiade Paris tahun 1900, jarak lombanya hanya 1.750 meter. Empat tahun kemudian, di Olimpiade St. Louis, jarak ini melonjak drastis menjadi 3.218 meter. Lalu pada Olimpiade London 1908, jarak lomba berubah lagi menjadi 2.112 meter. Barulah pada Olimpiade Stockholm tahun 1912, jarak lomba resmi ditetapkan menjadi 2.000 meter, yang bertahan hingga saat ini.
Dayung bukan hanya tentang siapa yang tercepat mencapai garis finis. Ini adalah olahraga dengan sejarah panjang, teknik rumit, dan kekompakan tim yang luar biasa. Dari alasan mengapa tidak ada rekor dunia resmi, keunikan lomba yang berjalan mundur, peran penting coxswain, hingga sejarah perubahan jarak lomba, semua ini menunjukkan betapa kaya dan menariknya dunia dayung.
Jadi, lain kali Anda menonton perlombaan dayung, ingatlah fakta-fakta keren ini. Kami yakin Anda akan menikmati tontonan itu dengan perspektif yang baru dan apresiasi yang lebih dalam.