Anda sedang menonton pertandingan, tim favorit Anda unggul, tiba-tiba boom! Seorang pemain terjatuh seolah baru saja ditabrak truk besar… Tapi saat ditayangkan ulang, ternyata hanya sedikit sentuhan saja. Ya, itulah yang kita kenal sebagai diving atau pura-pura jatuh dalam sepak bola.


Sebagai penggemar sepak bola yang juga aktif bermain di level amatir setiap akhir pekan, saya sudah sering menyaksikan kejadian seperti ini. Kadang membuat kita tertawa, menggelengkan kepala, bahkan kadang sampai ingin berteriak ke layar televisi. Tapi, pertanyaannya sekarang adalah: apakah diving masih punya tempat di sepak bola masa kini?


Apa Itu Diving Sebenarnya? 🤔


Diving, atau yang sering disebut simulasi, adalah ketika seorang pemain berpura-pura jatuh atau melebih-lebihkan reaksi saat mendapat kontak minimal dari lawan dengan tujuan mendapatkan tendangan bebas atau penalti. Fenomena ini bukan hal baru, para legenda sampai pemain muda sama-sama pernah melakukannya. Kadang berhasil, kadang malah jadi bumerang. Tapi tak bisa dipungkiri, diving sudah menjadi bagian yang cukup kontroversial dari permainan ini. Tidak semua orang setuju apakah praktik ini harus tetap ada atau dihapuskan.


Peran VAR Mengubah Segalanya


Sebelum ada teknologi Video Assistant Referee (VAR), diving bisa benar-benar mengubah hasil pertandingan. Banyak keputusan penting yang diwarnai oleh aksi pura-pura jatuh yang sukses menipu wasit. Namun, sejak hadirnya VAR, dengan tayangan ulang gerak lambat, trik ini semakin sulit dilakukan. Pemain jadi lebih takut untuk berpura-pura, karena satu kali kesalahan bisa berujung pada kartu kuning bahkan malu di hadapan jutaan penonton. Ini adalah perubahan besar dibandingkan lima tahun lalu.


Sudut Pandang Wasit


Saya pernah berbincang langsung dengan wasit lokal usai pertandingan yang saya ikuti, dan saya tanya, “Bagaimana cara wasit menghadapi diving?” Jawabannya cukup sederhana “Sangat sulit.” Mereka harus membuat keputusan dalam hitungan detik, dan kadang tayangan lambat pun tidak selalu memberi gambaran yang pasti. Wasit dilatih untuk mengenali gerakan yang tidak wajar, reaksi yang terlambat, dan jatuhan yang berlebihan. Namun, mereka juga sadar bahwa para pemain sangat cerdas dan terus mencari cara untuk mendapatkan keuntungan.


Diving, Lebih dari Sekadar Tipu-Tipu, Ini Juga Strategi


Di sinilah letak uniknya: diving bukan hanya soal menipu wasit, tetapi juga sudah dianggap sebagai bagian dari strategi. Banyak pelatih justru melatih pemainnya untuk “menarik kontak” di area berbahaya, supaya bisa mendapatkan peluang tendangan bebas atau penalti. Jadi, tidak heran jika beberapa pemain sangat ahli dalam menjatuhkan diri tepat pada waktu yang tepat sehingga terlihat cukup meyakinkan.


Pendapat Para Penggemar Beragam


Dari sisi suporter, pandangannya juga terbagi. Ada yang benar-benar membenci diving karena dianggap merusak semangat fair play dalam sepak bola. Sementara yang lain santai saja, bahkan ada yang berpendapat, “Kalau itu bisa membantu tim menang, ya kenapa tidak?” Secara pribadi, saya merasa sangat malu jika melihat aksi diving yang terlalu jelas dan berlebihan. Tapi saya juga mengerti tekanan yang dirasakan pemain, sepak bola adalah olahraga yang cepat, penuh emosi, dan penuh risiko. Satu keputusan kecil saja bisa menentukan hasil pertandingan, atau bahkan memengaruhi masa depan pemain dengan sanksi disiplin.


Jujur saja, saya rasa diving masih akan bertahan. Mungkin tidak se-ekstrem dulu, tapi selama pemain merasa bisa mendapatkan keuntungan dari trik ini, mereka akan terus mencoba. Teknologi seperti VAR memang bisa mengurangi insiden diving, tapi sulit untuk menghilangkannya sepenuhnya.


Bagaimana menurut Anda tentang diving di sepak bola? Haruskah aturan yang lebih ketat diterapkan dan hukuman lebih berat diberlakukan? Atau memang diving sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari permainan? Silakan bagikan pendapat Anda di kolom komentar, saya sangat ingin tahu bagaimana perasaan para penggemar lain mengenai hal ini!