Pernahkah Anda melihat sebuah foto dan berpikir, "Kenapa foto ini terasa begitu seimbang?" Atau sebaliknya, "Kenapa foto ini terasa canggung?"
Jawabannya mungkin terletak pada komposisi, elemen yang sering kali menjadi pembeda antara foto biasa dan foto yang menonjol.
Salah satu pedoman paling terkenal dalam fotografi adalah Aturan Ketiga, sebuah kisi sederhana yang membantu menciptakan keseimbangan visual. Meskipun ini adalah titik awal yang sangat baik, ada banyak kemungkinan kreatif di luar aturan ini. Yuk, kita bahas lebih dalam mengapa Aturan Ketiga itu efektif dan kapan serta bagaimana cara memecahnya.
Aturan Ketiga melibatkan pembagian gambar menjadi sembilan bagian yang sama dengan dua garis horizontal dan dua garis vertikal. Titik-titik di mana garis-garis ini berpotongan disebut titik kekuatan. Menempatkan subjek atau elemen kunci di sepanjang garis atau titik-titik ini menciptakan rasa harmoni dan ketegangan yang lebih dinamis dibandingkan menempatkan subjek tepat di tengah. Prinsip ini berakar dari cara mata manusia secara alami memindai gambar, kita cenderung menghindari titik tengah yang tepat dan lebih cenderung mencari titik-titik pertemuan garis ini.
Ada kenyamanan psikologis dalam ketidaksimetrian ketika dilakukan dengan sengaja. Aturan Ketiga menambahkan minat tanpa menciptakan kebingungan. Misalnya, horizon yang diletakkan pada sepertiga bagian atas memberi kesan bahwa tanah terasa lebih stabil dan tertata, sementara seseorang yang ditempatkan di sepanjang garis vertikal sisi memberikan ruang yang cukup untuk "bernapas" dalam bingkai. Metode ini juga memungkinkan elemen pendukung berperan dalam cerita tanpa mengalihkan perhatian dari subjek utama.
Dalam fotografi lanskap, menempatkan horizon di sepanjang sepertiga bagian atas atau bawah membuat foto lebih seimbang. Pada potret, mata subjek sering kali sejajar dengan garis horizontal sepertiga, dan tubuh mereka diletakkan di sepanjang garis vertikal. Fotografi jalanan dan perjalanan juga memanfaatkan aturan ini untuk mengarahkan pandangan penonton secara alami melalui bingkai. Bahkan dalam fotografi produk dan penyusunan makanan, struktur ini digunakan untuk meningkatkan daya tarik visual.
Setelah Anda memahami mengapa Aturan Ketiga bekerja, Anda bisa mulai memecahnya dengan tujuan tertentu. Komposisi yang terpusat bisa menciptakan kesan simetri, kekuatan, dan ketenangan. Menempatkan subjek di tepi bingkai bisa menghasilkan ketegangan atau menimbulkan rasa penasaran. Beberapa fotografer memilih sudut yang tidak biasa, ruang negatif, atau ketidakseimbangan visual untuk membangkitkan emosi atau pemikiran. Memecahkan aturan ini bukanlah bentuk pemberontakan—melainkan sebuah cerita yang lebih mendalam dan canggih.
Selain Aturan Ketiga, ada juga Rasio Emas, sebuah pola matematis yang ditemukan dalam alam, seni, dan arsitektur. Panduan berbasis spiral ini menawarkan struktur yang lebih cair dan organik dibandingkan kisi yang kaku seperti pada Aturan Ketiga. Fotografer dan pelukis sering menggunakan spiral Fibonacci untuk membimbing mata penonton melalui gambar dalam sebuah lengkungan yang alami dan elegan. Meskipun lebih kompleks, metode ini memberikan alat yang ampuh bagi mereka yang ingin mengangkat komposisi mereka ke tingkat yang lebih tinggi.
Metode lain yang melengkapi atau menggantikan Aturan Ketiga adalah penggunaan garis yang mengarahkan. Garis-garis ini baik berupa jalan, jembatan, atau bayangan yang tersirat—mengarahkan mata penonton menuju titik fokus. Garis ini juga menambah kedalaman dan pergerakan pada gambar, terutama dalam pengambilan gambar dengan lensa sudut lebar. Menggabungkan garis yang mengarahkan dengan penempatan yang bijaksana pada kisi sepertiga menghasilkan komposisi yang kuat dan berdimensi.
Walaupun Aturan Ketiga lebih mengutamakan penempatan subjek yang tidak berada di tengah, komposisi simetris bisa sama menariknya. Arsitektur dan alam sering kali cocok dengan gaya ini. Refleksi di air, bangunan yang simetris, atau wajah yang sejajar bisa diframing secara sentral untuk menekankan keseimbangan dan keharmonisan. Simetri cenderung menciptakan efek menenangkan dan bisa sangat efektif jika digunakan dengan latar belakang minimalis.
Fotografi modern sering kali mengusung minimalisme, di mana ruang negatif, area kosong di sekitar subjek memegang peranan penting. Teknik ini memungkinkan penonton untuk fokus sepenuhnya pada subjek dan bisa menimbulkan perasaan kesendirian, kejernihan, atau keanggunan. Meskipun terlihat sederhana, ruang negatif membutuhkan komposisi yang cermat agar tetap menarik secara visual, terutama ketika meninggalkan panduan tradisional.
Komposisi bukan hanya soal penempatan elemen, tetapi juga soal bagaimana elemen tersebut terasa. Warna cerah, bentuk besar, dan elemen dengan kontras tinggi memiliki berat visual yang lebih besar. Kadang-kadang, sebuah objek kecil namun berwarna terang di sudut bisa menarik perhatian lebih daripada objek besar yang kusam di tengah. Memahami bagaimana berat visual memengaruhi komposisi membantu fotografer memanipulasi perhatian dengan lebih presisi, bahkan tanpa menggunakan kisi tradisional.
Aturan Ketiga adalah fondasi yang sangat baik, tetapi itu hanya titik awal. Fotografi menawarkan berbagai cara untuk mengkomposisi dan menceritakan cerita. Apakah Anda mengikuti kisi klasik atau menciptakan bahasa visual Anda sendiri, yang terpenting adalah niat. Apakah komposisi Anda mendukung pesan, suasana hati, dan makna yang ingin Anda sampaikan?
Apa jenis komposisi yang secara alami Anda pilih? Pernahkah Anda memecahkan Aturan Ketiga dengan sengaja dan menyukai hasilnya? Jangan takut untuk bereksperimen. Setelah semua, fotografi yang hebat dimulai dengan melihat dunia secara berbeda.